Tradisi jamu sebagai salah satu warisan budaya Indonesia kini hadir dalam bentuk cerita edukasi yang tidak membosankan. Lima murid SMA Labschool Unesa 1—Azifah Novalia Rahmayanti, Raehandis Luckyta, Faisal Suryo Anggoro, Juventia Atha Ahmad, dan Zerline Laili Ramadhani—berhasil menciptakan sebuah buku cerita anak berjudul The Magical Jamu from Yawadwipa. Di bawah bimbingan Bu Ekris Sutiyanti, S.Pd., M.Pd., karya ini menjadi bukti bahwa kreativitas generasi muda bisa menjadi jembatan pelestarian budaya.

Cerita Fantasi yang Menghidupkan Tradisi Jamu

Ditujukan untuk anak usia dini, buku ini mengajak pembaca kecil menjelajahi dunia penuh warna bersama Aksa, tokoh utama yang berpetualang mencari dan meracik jamu dari tanaman herbal khas Nusantara. Dengan alur cerita yang ringan, ilustrasi penuh warna, dan karakter yang menyenangkan, The Magical Jamu from Yawadwipa tak hanya menghibur, tetapi juga memperkenalkan anak-anak pada kekayaan tanaman obat, manfaat kesehatannya, serta nilai-nilai cinta terhadap budaya lokal.

Menggabungkan Edukasi Kesehatan dan Pelestarian Budaya

Pembuatan buku ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara kreativitas siswa dan pendampingan guru dalam mengangkat kearifan lokal ke dalam media pembelajaran. Cerita yang dibawakan tidak sekadar dongeng, tetapi juga sarana untuk menumbuhkan literasi budaya sejak dini. Melalui kisah Aksa, anak-anak diajak memahami bahwa menjaga kesehatan bisa dimulai dari alam—dengan resep-resep tradisional yang diwariskan turun-temurun.

Ditampilkan dalam Produk Inovasi Unesa

Buku ini telah meraih dua penghargaan—3rd Winner dan Gold Medal untuk kategori kesehatan—pada 2nd International Youth Conference di Malaysia tahun ini. Meskipun belum tersedia untuk umum, buku ini akan diperkenalkan kepada masyarakat melalui Pameran Produk Inovasi Unesa yang berlangsung di Rektorat Unesa pada 24–26 November 2025. Pengunjung dapat mengunjungi area Learning Media untuk menikmati visualisasi cerita sekaligus mengikuti petualangan Aksa dalam meracik jamu.

Share It On: